LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI GULMA
ANALISIS VEGETASI GULMA
Dosen Pengampu:
Evika Sandi Savitri, M. P
Oleh:
Ulil Amri DT
08620069
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
SAINS DAN TEKHNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA
MALIK IBRAHIM MALANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada umumnya
dipandang dari manfaat yang didapat, tumbuhan dibagi menjadi dua yaitu, tanaman
yaitu tumbuhan yang menguntungkan dan dibudidayakan dan tumbuhan yang
merugikan. Tumbuhan yang menguntungkan disebut tanaman yaitu tumbuhan yang
dibudidayakan oleh manusia atau sengaja untuk ditanam karena mempunyai nilai
ekonomis yang menjanjikan. Sedangkan tumbuhan yang merugikan adalah tumbuhan
yang tidak dikehendaki keberadaannya. Dalam kegiatan budidaya atau dalam ilmu
pertanian, tumbuhan tersebut sering disebut dengan gulma (weed).
Pengertian gulma
yang lain adalah tumbuhan yang belum diketahui manfaatnya secara pasti sehingga
kebanyakan orang juga menganggap bahwa gulma mempunyai nilai negatif yang lebih
besar daripada nilai ekonomisnya. Sehingga gulma tersebut harus dimusnahkan
dari, agar tidak menimbulkan kerugian-kerugian yang lainnya, yang nantinya dapat
mengganggu kegiatan pertanian. Baik secara teknis, produksi, maupun secara ekonomis.
Gulma adalah suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan
tanaman budidaya, tumbuhan yang tumbuh disekitar tanaman pokok (tanaman yang
sengaja ditanam) atau semua tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area) yang tidak
diinginkan oleh si penanam
sehingga kehadirannya dapat merugikan tanaman lain yang ada di dekat atau
disekitar tanaman pokok tersebut (Guntoro, 2010).
Gulma dibedakan
menjadi tiga golongan yaitu rumput-rumputan (grasses), teki (sedges)
dan golongan berdaun lebar (broad leaves).
Gulma merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi produksi dan
produktivitas pertanian. Gulma menjadi pesaing kuat bagi tanaman dalam
pemanfaatan sarana tumbuh seperti hara, air, dan cahaya.
Analisis
vegetasi biasa ditujukan untuk mempelajari tingkat suksesi, evaluasi hasil
pengendalian gulma, perubahan flora sebagai akibat metode pengendalian tertentu
dan evaluasi herbisida ( trial ) untuk menentukan aktivitas suatu herbisida terhadap
jenis gulma di lapangan. Selain itu, analisis vegetasi digunakan untuk
mengetahui gulma-gulma yang memiliki kemampuan tinggi dalam penguasaan sarana
tumbuh dan ruang hidup. Dalam hal ini, penguasaan sarana tumbuh pada umumnya
menentukan gulma tersebut penting atau tidak. Namun dalam hal ini jenis tanaman
memiliki peran penting, karena tanaman tertentu tidak akan terlalu terpengaruh
oleh adanya gulma tertentu, meski dalam jumlah yang banyak
Oleh karenanya,
pelaksanaan praktikum analisis vegetasi perlu dilakukan guna mengetahui
macam-macam gulma yang hidup mendominasi di alam bebas, sehingga nantinya dapat
dijadikan acuan untuk dilakukan pengendalian gulma secara efektif.
1.2 Tujuan
Tujuan pada praktikum ini adalah:
1.
Mengetahui
populasi gulma dalam satuan luas secara kuantitatif.
2.
Melatih
keterampilan mahasiswa dalam mengidentifikasi populasi gulma secara kuantitatif.
3.
Mengetahui
populasi gulma secara kuantitatif yang mendominasi di tanaman hortikultura atau
palawija.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Definisi Gulma
Gulma
adalah suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan tanaman budidaya, tumbuhan
yang tumbuh disekitar tanaman pokok (tanaman yang sengaja ditanam) atau semua
tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area) yang tidak diinginkan oleh sipenanam
sehingga kehadirannya dapat merugikan tanaman lain yang ada di dekat atau
disekitar tanaman pokok tersebut (Guntoro, 2010). Sifat
gulma umumnya mudah beradaptasi dengan lingkungan yang berubah dibandingkan
dengan tanaman budidaya. Daya adaptasi dan daya saing yang kuat merupakan sifat
umum gulma (Tjirtosoedirdjo et. al. 1984).
Menurut
Mangoensoekarjo (1983) adalah tumbuhan pengganggu yang nilai negatif apabila
tumbuhan tersebut merugikan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung
dan sebaliknya tumbuhan dikatakan memiliki nilai positif apabila mempunyai daya
guna manusia.
2.2 Pengelompokan Gulma
Pengelompokan ini berkaitan dengan kesamaan
reaksi gulma dengan morfologi daun tertentu terhadap herbisida yang serupa.
Berdasarkan sifat-sifat tersebut, gulma dikelompokkan kedalam (Sukman, 2001):
a. Kelompok berdaun sempit
Spesies-spesies gulma yang daunnya berbentuk
garis (linearis), memanjang dan sempit, pipih, tepinya sejajar, berbentuk pita (ligulatus) seperti linearis tetapi lebih lebar. Gulma rumput biasanya
berada pada marga Poaceae(Gramineae).
b. Kelompok teki-tekian
Spesies-spesies gulma dari marga Cyperaceae yang memiliki penampang batang segitiga, daunnya berbentuk garis (linearis). Contoh yang tremasuk kelompok
ini: Cyperus
rotundus dan Fymbristilis miliaceae.
c. Kelompok berdaun lebar
Spesies-spesies gulma dengan bentuk daun
bulat panjang (oblongus), lanset (lanceolatus), bulat telur (ovatus), lanset terbalik (oblanceolatus), jantung (cordatus), segitiga sama sisi (sagittatus) dan bentuk elips.Kelompok ini
memiliki arah pertumbuhan batang tegak, berbaring, menjalar, memanjat, dan
melilit. Kelompok gulma daun lebar terdiri dari spesies-spesies class
Dicotyledonae, termasuk didalamnya marga-margaEuphorbiaceae, Amaranthaceae,
Asteraceae, Mimosaceae, Leguminoceae, Rubiaceae, Commelinaceae, dan sebagainya.
2.3 Analisis Vegetasi Gulma
Ada empat metode yang lazim digunakan yaitu estimasi visual, metode kuadratik, metode garis atau rintisan dan metode
titik. Selanjutnya akan dibicarakan hanya
metode estimasi visual dan metode kuadratik (Syakir, 2008):
a)
Metode
Estimasi.
Setelah letak letak dan kuas petak contoh
yang akan diamati ditentukan, lazimnya berbentuk lingkaran, pengamatan
dilakukan pada titik tertentu yang selalu tetap letaknya, m isalnya selalu di
tengah atau di salah satu sudut yang tetap pada petak contoh yang telah
terbatas. Besaran yang dihitung berupa dominasi yang dinyatakan dalam
persentse penyebaran. Karena nilai penyebaran tiap jenis dalam area dihitung
dalam persen, maka bila dijumlah akan diperoleh 100% (termasuk % daerah kosong
jika ada). Dapat juga dominansi dihitung berdasar suatu skala abundansi (scale
abundance) yang bernilai 1 – 5 (Braun-Blannquat; Weaver), 1 – 10 (Domin)
atau 1 – 3 (Wirahardja & Dekker). Cara ini sangat berguna bilamana populasi
vegetasi cukup merata dan tidak banyak waktu tersedia. Tetapi memiliki
kelemahan yaitu terdapat kecenderungan untuk menaksir lebih besar jenis-jenis
yang menyolok (warna maupun bentuknya), sebaliknya menaksir lebih sedikit
jenis-jenis yang sulit dan kurang menarik perhatian. Juga sulit untuk
dapat mewakili keadaan populasi vegetasi seluruhnya, dan penaksiran luas
penyebaran msing-masing komponen tidak terkamin ketepatannya.
b)
Metode
Kuadrat.
Yang dimaksud kuadrat disini adalah ukuran
luas dalam satuan kuadrat (m2, cm2, dsb), tetapi bentuk
petak-contoh dapar berupa segi empat, segi-panjang ataupun lingkaran.
Untuk vegetasi yang pendek/rendah, bentuk lingkaran lebih menguntungkan karena ukurannya
dapat diperluas dengan cepat dan teliti dengan menggunakan seutas tali yang
dikaitkan pada titik pusat petak. Untuk gulma berbebtuk herba rendah lebih
efisien menggunakan metode kuadrat segi-panjang dari pada kuadrat segi-empat,
karena kelompok tumbuhan berkembang membentuk sebuah lingkaran.
Dengan kuadrat segi panjang akan lebih memungkinkan memotong kelompok
tumbuhan dan lebih banyak kelompok yang bisa diamati. Jika yang ditinjau
distribusi suatu kelompok tumbuhan, kuadrat lingkaran kurang efiasien dibanding
semua bentuk segi-empat, tetapi lingkaran mempunyai keuntungan dibanding semua
bentuk geometri lainnya karena lingkaran mempunyai perbandingan terkecil antara
tepi dan luasnya. Bentuk lingkaran juga paling cocok untuk evaluasi asosiasi
gulma di daerah yang luas dan bila menggunakan sampling estimasi
visual.
Karena luas dan keadaan vegetasi yang sangat
bervariasi maka yang selalu menimbulkan pertanyaan adalah berapa luas/jumlah
petak contoh yang memedai. Terutama bila kita hanya menggunakan petak contoh
tunggal , luas yang memadai harus kita tentukan. Luas/jumlah petak-contoh
minimal ini berbentuk kaudrat atau lingkaran, dapat ditentukan dengan menyusun
sebuah kurva-jenis (Syakir, 2008).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum ekologi gulma tentang analisis vegetasi ini
dilakukan pada hari Kamis, tanggal 1 Desember jam 08.00 WIB sampai selesai.
Praktikum ini dilakukan pada dua tempat yaitu di ladang Jl. Simpang Lima Sunan
Kali Jaga Dalam dan di Sawah UIN.
3.2
Alat dan Bahan
3.2.1
Alat
Alat-alat yang
digunakan pada praktikum ini adalah:
1. Buku kunci identifikasi tumbuhan
2. Buku tulis dan pensil,
3. Cetakan dari kayu yang berbentuk bujur 2 buah
sangkar
dengan panjang dan lebar
40
cm x 40 cm
4. Penggaris
3.2.2
Bahan
Bahan-bahan yang
digunakan pada praktikum ini adalah:
1. gulma di kebun
2. gulma di sawah
1.3.3
Cara Kerja
1. Disiapkan alat.
2. Dilempar alat yang berupa
cetakan bujur sangkar dari kayu ke area yang terdapat gulma secara acak atau random (tidak subyektif)
3. Dibabat dempes gulma yang
telah masuk ke dalam cetakan kayu tersebut.
4. Dihitung dan
mengelompokkan jumlah gulma yang telah masuk ke dalam cetakan kayu tersebut
berdasarkan nama latinnya
5. Dicatat hasil analisis
gulma secara kuantitatif, lakukan
sebanyak empat
kali ulangan.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
Pengamatan yang telah dilakukan
pada area sawah, ditemukan beberapa spesies gulma yang mendominasi di area
tersebut. Pengamatan dibuat 4 plot contoh dalam mengidentifikasi gulma yang
tumbuh, berikut tabel hasil pengamatan gulma pada area sawah:
Tabel 1: Plot Pertama
No
|
Nama Ilmiah
|
Nama Daerah
|
∑
|
KM
|
KR
|
FM
|
FR
|
DM
|
DR
|
INP
|
|
1.
|
Cyperus rotundus
|
Teki
|
28
|
11
|
34%
|
0,6
|
38%
|
1792
|
8,93%
|
80,93%
|
|
2.
|
Euphorbia hirta
|
Patikan kebo
|
20
|
8
|
31%
|
0.32
|
23%
|
1200
|
27%
|
81%
|
|
3.
|
Mimosa pudica
|
Putri malu
|
3
|
1,2
|
4%
|
0,1
|
5%
|
3850
|
19,20%
|
28,20%
|
|
JUMLAH
|
51
|
20
|
1
|
6842
|
Tabel 2: Plot Kedua
No
|
Nama Ilmiah
|
Nama Daerah
|
∑
|
KM
|
KR
|
FM
|
FR
|
DM
|
DR
|
INP
|
1.
|
Euphorbia hirta
|
Patikan kebo
|
21
|
8.4
|
8%
|
0.68
|
16%
|
13377
|
32%
|
56%
|
2.
|
Cyperus rotundus
|
Teki
|
79
|
31.6
|
31%
|
0.96
|
23%
|
3025
|
7%
|
61%
|
3.
|
Panicum repen
|
Rumput lampuyangan
|
4
|
1.6
|
6%
|
0.08
|
6%
|
36
|
0.7%
|
12,70%
|
4.
|
Paspalum conjugatum
|
Rumput pait
|
31
|
12.4
|
12%
|
0.68
|
16%
|
1813
|
4%
|
32%
|
JUMLAH
|
134
|
2.12
|
1813
|
Tabel 3: Plot Ketiga
No
|
Nama Ilmiah
|
Nama Daerah
|
∑
|
KM
|
KR
|
FM
|
FR
|
DM
|
DR
|
INP
|
1.
|
Cyperus rotundus
|
Rumput teki
|
12
|
26%
|
0.48
|
26%
|
572
|
22%
|
74%
|
|
30
|
||||||||||
2.
|
Mimosa pudica
|
Putri malu
|
1
|
0.4
|
0.8%
|
0.04
|
2%
|
17.5
|
0.7%
|
3,50%
|
3.
|
Euphorbia hirta
|
Patikan kebo
|
3
|
1.2
|
5%
|
0.04
|
3%
|
10
|
0.2%
|
8,20%
|
4.
|
Daun lebar 1
|
Rumput hijau
|
2
|
0.4
|
0.9%
|
0.04
|
2%
|
17.5
|
0.7%
|
3,60%
|
JUMLAH
|
36
|
13.8
|
0.6
|
617
|
Tabel 4: Plot Keempat
No
|
Nama Ilmiah
|
Nama Daerah
|
∑
|
KM
|
KR
|
FM
|
FR
|
DM
|
DR
|
INP
|
1.
|
Cyperus rotundus
|
Rumput teki
|
39
|
15.6
|
16%
|
0.8
|
19%
|
10584
|
25%
|
60%
|
2.
|
Euphorbia hirta
|
Patikan kebo
|
9
|
3.6
|
14%
|
0.12
|
9%
|
325
|
7%
|
30%
|
3.
|
Paspalum conjugatum
|
Rumput pait
|
3
|
1.2
|
5%
|
0.04
|
3%
|
10
|
0.2%
|
8,20%
|
4.
|
Daun lebar 1
|
Rumput hijau
|
1
|
0.4
|
2%
|
0.04
|
3%
|
688
|
15%
|
20%
|
5.
|
Mimosa pudica
|
Putri malu
|
1
|
0.4
|
2%
|
0.04
|
3%
|
963.5
|
21%
|
26%
|
JUMLAH
|
54
|
21
|
1.04
|
12570.5
|
4.2
Pembahasan
Pengamatan yang dilakukan di
sawah menggunakan metode relatif, dimana petak berukuran 50 cm x 50 cm
dilemparkan kemudian diamati gulma yang terdapat dalam petak. Hasil pengamatan
dari tiap plot, ditemukan total 6 spesies yang mendominasi pada area sawah,
antara lain: Cyperus rotundus, Euphorbia hirta, Mimosa pudica, Panicum repen, Paspalum conjugatum, dan Daun lebar 1.
Pengamatan plot 1,
ditemukan 3 spesies gulma yang ada dalam petak, antara lain Cyperus
rotundus, Euphorbia hirta dan Mimosa indica. Diantara ketiga spesies
tersebut, yang paling mendominasi adalah jenis teki dengan nilai kerapatan (KR)
34%, nilai INP dari Cyperus rotundus 80,93%. Gulma teki mampu
mendominasi karena perkembangbiakannya menggunakan umbi batang, sehingga mampu
bertahan di dalam tanah selama berbulan-bulan. Selain itu, gulma
ini menjalankan jalur fotosintesis C4 yang menjadikannya sangat efisien dalam
'menguasai' areal pertanian secara cepat
(Sutikno, 1990). Sedangkan yang paling sedikit adalah gulma Mimosa pudica, akan tetapi gulma ini
memiliki nilai kerimbunan (DR) yang paling tinggi : 19,20%.
Pengamatan pada plot 2 ditemukan 4 jenis gulma, yaitu : Euphorbia hirta, Cyperus rotundus, Panicum repens, dan Paspalum conjugatum. Dari keempat spesies yang diamati, masih didominasi
oleh gulma jenis teki (Cyperus rotundus)
dengan nilai kerapatan (KR) mencapai 31%. Meski teki mendominasi pada plot 2
namun nilai kerimbunan (DR) masih lebih rendah dibandingkan dengan jenis gulma
patikan kebo (Euphorbia hirta) dengan
nilai paling tinggi mencapai 32%. Euphorbia
hita merupakan rumput liar yang dikenal
dengan nama milk weed merupakan tumbuhan tahunan dengan tinggi kurang lebih 50
cm. Batangnya menjalar, berbulu halus agak samar-samar berwarna putih pada saat
waktu muda dan pada waktu tua tidak lagi berbulu (Soerjani, 1978).
Pengamatan plot 3 ditemukan 4 jenis gulma, antara lain: Cyperus rotundus, Euphorbia hirta, Mimosa
pudica dan Daun lebar 1. Gulma yang paling mendominasi pada plot 3 adalah
rumput teki dengan nilai kerapatan (KR) mencapai 26%. Sedangkan gulma yang
memiliki nilai kerapatan paling kecil adalah Mimosa pudica dengan nilai KR hanya 0,8%.
Pengamatan pada plot keempat ditemukan lima jenis gulma,
antara lain: Cyperus rotundus, Euphorbia
hirta, Mimosa pudica, Paspalum conjugatum dan Daun lebar 1. Pada plot ini
masih didominasi oleh gulma jenis rumput teki dengan nilai kerapatan (KR) 16%.
Nilai kerimbunan (DR) pada gulma Cyperus
rotundus juga paling tinggi mencapai 25%. Sedangkan nilai kerimbunan yang
paling rendah ditemukan pada jenis gulma Paspalum
conjugatum dengan nilai hanya 0,2 %. Paspalum
conjugatum merupakan
tumbuhan tahunan, jenis rumput. Ditemukan di sawah. Karangan bunga bercabang
dua, hanya sebelah yang beranak bulir. Berkembangbiak melalui potongan batang
di bawah tanah yang menjalar (Sutikno,
1990).
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dari praktikum ini serta pembahasan
yang sudah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Pengamatan pada area persawahan, ditemukan total 6 spesies. Spesies yang
paling mendominasi adalah jenis rumput teki (Cyperus rotundus) dengan total kerapatan (KR) dan nilai indeks
penting (INP) paling tinggi dibanding spesies lain.
2.
Praktikan mampu mengidentifikasi gulma yang mendominasi di area persawahan,
lalu dilakukan analisis kuantitatif dengan menggunakan analisis vegetasi.
5.2
Saran
Saran dari hasil pelaksanaan praktikum ini adalah:
1.
Agar pada pelaksanaan selanjutnya, para praktikan mengetahui jenis-jenis
gulma yang hidup dalam suatu ekosistem sehingga memudahkan dalam proses
identifikasi.
2.
Pelaksanaan praktikum selanjutnya, dilakukan pada area yang lebih
bervariasi, sehingga dapat dibandingkan dengan hasil penelitian saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Guntoro, 2010
Mangoensoekarjo, 1983
Soerjani, M. 1978. Mencegak Kehidupan Produksi Dengan
Pengendalian Gulma Secara Tepat. Menara Perkebunan.
Sukman,
Yernelis. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Rajawali Pers,
Jakarta.
Sutikno, Sastroutomo. 1990. Ekologi
Gulma. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Syakir, Muhammad et., al. 2008. Pemanfaatan limbah sagu sebagai pengendalian
gulma pada lada perdu. Jurnal Littri 14 (3), September 2008. Hlm. 107 – 112
Tjitrosoedirdjo,
S., H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo., 1984. Pengelolaan
Gulma di Perkebunan. Jakarta: PT Gramedia
LAMPIRAN
Foto
|
Literatur
|
|||
1. Cyperus rotundus
|
(Anonymous, 2011)
|
|||
2. Mimosa pudica
|
(Anonymous, 2011)
|
|||
3.Euphorbiahita
|
(Anonymous, 2011)
|
|||
4. Panicum repen
|
(Anonymous, 2011)
|
|||
5. Paspalum
conjugatum
|
(Anonymous, 2011)
|
|||
6. Daun lebar 1
|
(Anonymous, 2011)
|