Kamis, 29 Desember 2011

analisis vegetasi gulma


LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI GULMA
ANALISIS VEGETASI GULMA

Dosen Pengampu:
Evika Sandi Savitri, M. P

Oleh:
Ulil Amri DT
 08620069
                                                                    

                                                      



JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKHNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2011




BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada umumnya dipandang dari manfaat yang didapat, tumbuhan dibagi menjadi dua yaitu, tanaman yaitu tumbuhan yang menguntungkan dan dibudidayakan dan tumbuhan yang merugikan. Tumbuhan yang menguntungkan disebut tanaman yaitu tumbuhan yang dibudidayakan oleh manusia atau sengaja untuk ditanam karena mempunyai nilai ekonomis yang menjanjikan. Sedangkan tumbuhan yang merugikan adalah tumbuhan yang tidak dikehendaki keberadaannya. Dalam kegiatan budidaya atau dalam ilmu pertanian, tumbuhan tersebut sering disebut dengan gulma (weed).
Pengertian gulma yang lain adalah tumbuhan yang belum diketahui manfaatnya secara pasti sehingga kebanyakan orang juga menganggap bahwa gulma mempunyai nilai negatif yang lebih besar daripada nilai ekonomisnya. Sehingga gulma tersebut harus dimusnahkan dari, agar tidak menimbulkan kerugian-kerugian yang lainnya, yang nantinya dapat mengganggu kegiatan pertanian. Baik secara teknis, produksi, maupun secara ekonomis. Gulma adalah suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan tanaman budidaya, tumbuhan yang tumbuh disekitar tanaman pokok (tanaman yang sengaja ditanam) atau semua tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area) yang tidak diinginkan oleh si penanam sehingga kehadirannya dapat merugikan tanaman lain yang ada di dekat atau disekitar tanaman pokok tersebut (Guntoro, 2010).
Gulma dibedakan menjadi tiga golongan yaitu rumput-rumputan (grasses),  teki (sedges) dan golongan berdaun lebar (broad leaves). Gulma merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi produksi dan produktivitas pertanian. Gulma menjadi pesaing kuat bagi tanaman dalam pemanfaatan sarana tumbuh seperti hara, air, dan cahaya.
Analisis vegetasi biasa ditujukan untuk mempelajari tingkat suksesi, evaluasi hasil pengendalian gulma, perubahan flora sebagai akibat metode pengendalian tertentu dan evaluasi herbisida ( trial ) untuk menentukan aktivitas suatu herbisida terhadap jenis gulma di lapangan. Selain itu, analisis vegetasi digunakan untuk mengetahui gulma-gulma yang memiliki kemampuan tinggi dalam penguasaan sarana tumbuh dan ruang hidup. Dalam hal ini, penguasaan sarana tumbuh pada umumnya menentukan gulma tersebut penting atau tidak. Namun dalam hal ini jenis tanaman memiliki peran penting, karena tanaman tertentu tidak akan terlalu terpengaruh oleh adanya gulma tertentu, meski dalam jumlah yang banyak
Oleh karenanya, pelaksanaan praktikum analisis vegetasi perlu dilakukan guna mengetahui macam-macam gulma yang hidup mendominasi di alam bebas, sehingga nantinya dapat dijadikan acuan untuk dilakukan pengendalian gulma secara efektif.
1.2 Tujuan
Tujuan pada praktikum ini adalah:
1.        Mengetahui populasi gulma dalam satuan luas secara kuantitatif.
2.        Melatih keterampilan mahasiswa dalam mengidentifikasi populasi gulma secara kuantitatif.
3.        Mengetahui populasi gulma secara kuantitatif yang mendominasi di tanaman hortikultura atau palawija.












BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Definisi Gulma
Gulma adalah suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan tanaman budidaya, tumbuhan yang tumbuh disekitar tanaman pokok (tanaman yang sengaja ditanam) atau semua tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area) yang tidak diinginkan oleh sipenanam sehingga kehadirannya dapat merugikan tanaman lain yang ada di dekat atau disekitar tanaman pokok tersebut (Guntoro, 2010). Sifat gulma umumnya mudah beradaptasi dengan lingkungan yang berubah dibandingkan dengan tanaman budidaya. Daya adaptasi dan daya saing yang kuat merupakan sifat umum gulma (Tjirtosoedirdjo et. al. 1984).
   Menurut Mangoensoekarjo (1983) adalah tumbuhan pengganggu yang nilai negatif apabila tumbuhan tersebut merugikan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung dan sebaliknya tumbuhan dikatakan memiliki nilai positif apabila mempunyai daya guna manusia.
2.2 Pengelompokan Gulma
Pengelompokan ini berkaitan dengan kesamaan reaksi gulma dengan morfologi daun tertentu terhadap herbisida yang serupa. Berdasarkan sifat-sifat tersebut, gulma dikelompokkan kedalam (Sukman, 2001):
a. Kelompok berdaun sempit
Spesies-spesies gulma yang daunnya berbentuk garis (linearis), memanjang dan sempit, pipih, tepinya sejajar, berbentuk pita (ligulatus) seperti linearis tetapi lebih lebar. Gulma rumput biasanya berada pada marga Poaceae(Gramineae).
b. Kelompok teki-tekian
Spesies-spesies gulma dari marga Cyperaceae yang memiliki penampang batang segitiga, daunnya berbentuk garis (linearis). Contoh yang tremasuk kelompok ini: Cyperus rotundus dan Fymbristilis miliaceae.
c. Kelompok berdaun lebar
Spesies-spesies gulma dengan bentuk daun bulat panjang (oblongus), lanset (lanceolatus), bulat telur (ovatus), lanset terbalik (oblanceolatus), jantung (cordatus), segitiga sama sisi (sagittatus) dan bentuk elips.Kelompok ini memiliki arah pertumbuhan batang tegak, berbaring, menjalar, memanjat, dan melilit. Kelompok gulma daun lebar terdiri dari spesies-spesies class Dicotyledonae, termasuk didalamnya marga-margaEuphorbiaceae, Amaranthaceae, Asteraceae, Mimosaceae, Leguminoceae, Rubiaceae, Commelinaceae, dan sebagainya.
2.3 Analisis Vegetasi Gulma
Ada empat metode yang lazim digunakan yaitu estimasi visual, metode kuadratik, metode garis atau rintisan dan metode titik. Selanjutnya akan dibicarakan hanya metode estimasi visual dan metode kuadratik (Syakir, 2008):
a)    Metode Estimasi
Setelah letak letak dan kuas petak contoh yang akan diamati ditentukan, lazimnya berbentuk lingkaran, pengamatan dilakukan pada titik tertentu yang selalu tetap letaknya, m isalnya selalu di tengah atau di salah satu sudut yang tetap pada petak contoh yang telah terbatas.  Besaran yang dihitung berupa dominasi yang dinyatakan dalam persentse penyebaran.  Karena nilai penyebaran tiap jenis dalam area dihitung dalam persen, maka bila dijumlah akan diperoleh 100% (termasuk % daerah kosong jika ada).  Dapat juga dominansi dihitung berdasar suatu skala abundansi (scale abundance) yang bernilai 1 – 5 (Braun-Blannquat; Weaver), 1 – 10 (Domin) atau 1 – 3 (Wirahardja & Dekker). Cara ini sangat berguna bilamana populasi vegetasi cukup merata dan tidak banyak waktu tersedia.  Tetapi memiliki kelemahan yaitu terdapat kecenderungan untuk menaksir lebih besar jenis-jenis yang menyolok (warna maupun bentuknya), sebaliknya menaksir lebih sedikit jenis-jenis yang sulit dan kurang menarik perhatian.  Juga sulit untuk dapat mewakili keadaan populasi vegetasi seluruhnya, dan penaksiran luas penyebaran msing-masing komponen tidak terkamin ketepatannya.
b)   Metode Kuadrat
Yang dimaksud kuadrat disini adalah ukuran luas dalam satuan kuadrat (m2, cm2, dsb), tetapi bentuk petak-contoh dapar berupa segi empat, segi-panjang ataupun lingkaran.  Untuk vegetasi yang pendek/rendah, bentuk lingkaran lebih menguntungkan karena ukurannya dapat diperluas dengan cepat dan teliti dengan menggunakan seutas tali yang dikaitkan pada titik pusat petak. Untuk gulma berbebtuk herba rendah lebih efisien menggunakan metode kuadrat segi-panjang dari pada kuadrat segi-empat, karena kelompok tumbuhan berkembang membentuk sebuah lingkaran.   Dengan kuadrat segi panjang akan lebih memungkinkan memotong kelompok tumbuhan dan lebih banyak kelompok yang bisa diamati.  Jika yang ditinjau distribusi suatu kelompok tumbuhan, kuadrat lingkaran kurang efiasien dibanding semua bentuk segi-empat, tetapi lingkaran mempunyai keuntungan dibanding semua bentuk geometri lainnya karena lingkaran mempunyai perbandingan terkecil antara tepi dan luasnya.  Bentuk lingkaran juga paling cocok untuk evaluasi asosiasi gulma di daerah yang luas dan bila menggunakan sampling estimasi visual. 
Karena luas dan keadaan vegetasi yang sangat bervariasi maka yang selalu menimbulkan pertanyaan adalah berapa luas/jumlah petak contoh yang memedai. Terutama bila kita hanya menggunakan petak contoh tunggal , luas yang memadai harus kita tentukan.  Luas/jumlah petak-contoh minimal ini berbentuk kaudrat atau lingkaran, dapat ditentukan dengan menyusun sebuah kurva-jenis (Syakir, 2008).














BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1    Waktu dan Tempat
Praktikum ekologi gulma tentang analisis vegetasi ini dilakukan pada hari Kamis, tanggal 1 Desember jam 08.00 WIB sampai selesai. Praktikum ini dilakukan pada dua tempat yaitu di ladang Jl. Simpang Lima Sunan Kali Jaga Dalam dan di Sawah UIN.
3.2    Alat dan Bahan
3.2.1        Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah:
1.      Buku kunci identifikasi tumbuhan
2.       Buku tulis dan pensil,
3.      Cetakan dari kayu yang berbentuk bujur                       2 buah
sangkar dengan panjang dan lebar
40 cm x 40 cm
4.      Penggaris
3.2.2        Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
1.      gulma di kebun
2.      gulma di sawah
1.3.3        Cara Kerja
1.      Disiapkan alat.
2.      Dilempar alat yang berupa cetakan bujur sangkar dari kayu ke area yang terdapat gulma secara acak atau random (tidak subyektif)
3.      Dibabat dempes gulma yang telah masuk ke dalam cetakan kayu tersebut.
4.      Dihitung dan mengelompokkan jumlah gulma yang telah masuk ke dalam cetakan kayu tersebut berdasarkan nama latinnya
5.      Dicatat hasil analisis gulma secara kuantitatif, lakukan sebanyak empat kali ulangan.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1    Hasil Pengamatan
Pengamatan yang telah dilakukan pada area sawah, ditemukan beberapa spesies gulma yang mendominasi di area tersebut. Pengamatan dibuat 4 plot contoh dalam mengidentifikasi gulma yang tumbuh, berikut tabel hasil pengamatan gulma pada area sawah:

Tabel 1: Plot Pertama
No
Nama Ilmiah
Nama Daerah
KM
KR
FM
FR
DM
DR
INP


1.
Cyperus rotundus
Teki
28
11
34%
0,6
38%
1792
8,93%
80,93%

2.
Euphorbia hirta
Patikan kebo
20
8
31%
0.32
23%
1200
27%
81%

3.
Mimosa pudica
Putri malu
3
1,2
4%
0,1
5%
3850
19,20%
28,20%


JUMLAH

51
20

1

6842






Tabel 2: Plot Kedua
No
Nama Ilmiah
Nama Daerah
KM
KR
FM
FR
DM
DR
INP
1.
Euphorbia hirta
Patikan kebo
21
8.4
8%
0.68
16%
13377
32%
56%
2.
Cyperus rotundus
Teki
79
31.6
31%
0.96
23%
3025
7%
61%
3.
Panicum repen
Rumput lampuyangan
4
1.6
6%
0.08
6%
36
0.7%
12,70%
4.
Paspalum conjugatum
Rumput pait
31
12.4
12%
0.68
16%
1813
4%
32%

JUMLAH

134


2.12

1813





Tabel 3: Plot Ketiga
No
Nama Ilmiah
Nama Daerah
KM
KR
FM
FR
DM
DR
INP
1.
Cyperus rotundus
Rumput teki

12
26%
0.48
26%
572
22%
74%
30
2.
Mimosa pudica
Putri malu
1
0.4
0.8%
0.04
2%
17.5
0.7%
3,50%
3.
Euphorbia hirta
Patikan kebo
3
1.2
5%
0.04
3%
10
0.2%
8,20%
4.
Daun lebar 1
Rumput hijau
2
0.4
0.9%
0.04
2%
17.5
0.7%
3,60%

JUMLAH

36
13.8

0.6

617





Tabel 4: Plot Keempat
No
Nama Ilmiah
Nama Daerah
KM
KR
FM
FR
DM
DR
INP
1.
Cyperus rotundus
Rumput teki
39
15.6
16%
0.8
19%
10584
25%
60%
2.
Euphorbia hirta
Patikan kebo
9
3.6
14%
0.12
9%
325
7%
30%
3.
Paspalum conjugatum
Rumput pait
3
1.2
5%
0.04
3%
10
0.2%
8,20%
4.
Daun lebar 1
Rumput hijau
1
0.4
2%
0.04
3%
688
15%
20%
5.
Mimosa pudica
Putri malu
1
0.4
2%
0.04
3%
963.5
21%
26%

JUMLAH

54
21

1.04

12570.5









4.2    Pembahasan
Pengamatan yang dilakukan di sawah menggunakan metode relatif, dimana petak berukuran 50 cm x 50 cm dilemparkan kemudian diamati gulma yang terdapat dalam petak. Hasil pengamatan dari tiap plot, ditemukan total 6 spesies yang mendominasi pada area sawah, antara lain:  Cyperus rotundus, Euphorbia hirta,  Mimosa pudica, Panicum repen, Paspalum conjugatum, dan  Daun lebar 1
Pengamatan plot 1, ditemukan 3 spesies gulma yang ada dalam petak, antara lain Cyperus rotundus, Euphorbia hirta dan Mimosa indica. Diantara ketiga spesies tersebut, yang paling mendominasi adalah jenis teki dengan nilai kerapatan (KR) 34%, nilai INP dari Cyperus rotundus 80,93%. Gulma teki mampu mendominasi karena perkembangbiakannya menggunakan umbi batang, sehingga mampu bertahan di dalam tanah selama berbulan-bulan. Selain itu, gulma ini menjalankan jalur fotosintesis C4 yang menjadikannya sangat efisien dalam 'menguasai' areal pertanian secara cepat (Sutikno, 1990). Sedangkan yang paling sedikit adalah gulma Mimosa pudica, akan tetapi gulma ini memiliki nilai kerimbunan (DR) yang paling tinggi : 19,20%.
Pengamatan pada plot 2 ditemukan 4 jenis gulma, yaitu : Euphorbia hirta, Cyperus rotundus,  Panicum repens, dan Paspalum conjugatum. Dari keempat spesies yang diamati, masih didominasi oleh gulma jenis teki (Cyperus rotundus) dengan nilai kerapatan (KR) mencapai 31%. Meski teki mendominasi pada plot 2 namun nilai kerimbunan (DR) masih lebih rendah dibandingkan dengan jenis gulma patikan kebo (Euphorbia hirta) dengan nilai paling tinggi mencapai 32%. Euphorbia hita merupakan rumput liar yang dikenal dengan nama milk weed merupakan tumbuhan tahunan dengan tinggi kurang lebih 50 cm. Batangnya menjalar, berbulu halus agak samar-samar berwarna putih pada saat waktu muda dan pada waktu tua tidak lagi berbulu (Soerjani, 1978).
Pengamatan plot 3 ditemukan 4 jenis gulma, antara lain: Cyperus rotundus, Euphorbia hirta, Mimosa pudica dan Daun lebar 1. Gulma yang paling mendominasi pada plot 3 adalah rumput teki dengan nilai kerapatan (KR) mencapai 26%. Sedangkan gulma yang memiliki nilai kerapatan paling kecil adalah Mimosa pudica dengan nilai KR hanya 0,8%.
Pengamatan pada plot keempat ditemukan lima jenis gulma, antara lain: Cyperus rotundus, Euphorbia hirta, Mimosa pudica, Paspalum conjugatum dan Daun lebar 1. Pada plot ini masih didominasi oleh gulma jenis rumput teki dengan nilai kerapatan (KR) 16%. Nilai kerimbunan (DR) pada gulma Cyperus rotundus juga paling tinggi mencapai 25%. Sedangkan nilai kerimbunan yang paling rendah ditemukan pada jenis gulma Paspalum conjugatum dengan nilai hanya 0,2 %. Paspalum conjugatum merupakan tumbuhan tahunan, jenis rumput. Ditemukan di sawah. Karangan bunga bercabang dua, hanya sebelah yang beranak bulir. Berkembangbiak melalui potongan batang di bawah tanah yang menjalar (Sutikno, 1990).









 
BAB V
PENUTUP
5.1    Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dari praktikum ini serta pembahasan yang sudah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Pengamatan pada area persawahan, ditemukan total 6 spesies. Spesies yang paling mendominasi adalah jenis rumput teki (Cyperus rotundus) dengan total kerapatan (KR) dan nilai indeks penting (INP) paling tinggi dibanding spesies lain.
2.      Praktikan mampu mengidentifikasi gulma yang mendominasi di area persawahan, lalu dilakukan analisis kuantitatif dengan menggunakan analisis vegetasi.
5.2    Saran
Saran dari hasil pelaksanaan praktikum ini adalah:
1.        Agar pada pelaksanaan selanjutnya, para praktikan mengetahui jenis-jenis gulma yang hidup dalam suatu ekosistem sehingga memudahkan dalam proses identifikasi.
2.        Pelaksanaan praktikum selanjutnya, dilakukan pada area yang lebih bervariasi, sehingga dapat dibandingkan dengan hasil penelitian saat ini.







 



DAFTAR PUSTAKA
Guntoro, 2010
Mangoensoekarjo, 1983
Soerjani, M. 1978. Mencegak Kehidupan Produksi Dengan Pengendalian Gulma Secara Tepat. Menara Perkebunan.
Sukman, Yernelis. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Rajawali Pers, Jakarta.
Sutikno, Sastroutomo. 1990. Ekologi Gulma. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Syakir, Muhammad et., al. 2008. Pemanfaatan limbah sagu sebagai pengendalian gulma pada lada perdu. Jurnal Littri 14 (3), September 2008. Hlm. 107 – 112
Tjitrosoedirdjo, S., H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo., 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. Jakarta: PT Gramedia



















LAMPIRAN
Foto
Literatur
1. Cyperus rotundus
01122011102

  






(Anonymous, 2011)
2. Mimosa pudica
Foto1317











(Anonymous, 2011)
3.Euphorbiahita


Foto1326














(Anonymous, 2011)
4. Panicum repen
Panikum


(Anonymous, 2011)
5. Paspalum conjugatum
Paspalum

(Anonymous, 2011)
6. Daun lebar 1
Foto1331




Foto1332









(Anonymous, 2011)